Identitas Buku
Penulis: Brian Khrisna
Penyunting: Juliagar R. N.
Penyunting Akhir: Puji Hanifach
Desainer Sampul: Omorphia Visual
Ilustrasi Isi: Schaitze (Alauna)
Penata Letak: Widuri Dwi Astuti
Diterbitkan pertama kali oleh: mediakita
Tebal Buku: 297 hlmn
ISBN: 978-979-794-811-5
Fakta Menarik
Tahukah kamu bahwa sebelum menjadi penulis, Brian Khrisna bercita-cita menjadi pilot? Dalam wawancara dengan Gramedia Pustaka Utama di unggahan Reels Instagramnya, Brian menyatakan bahwa ia bercita-cita menjadi pilot namun urung karena ia takut akan ketinggian.
Mari Kita Ulas Novel Ini!
Bandung Menjelang Pagi – Bercerita tentang kisah romansa tragis yang berlatar di Kota Bandung. Konon katanya “Bandung diciptakan saat Tuhan sedang Tersenyum” dan Bandung selalu digadang sebagai kota romantis bak Kota Paris di Pulau Jawa. Namun sayangnya mereka berdua kerap lupa, bahwa sejatinya, oleh-oleh paling khas dari Kota Bandung adalah patah hati.
Novel ini ditulis dari sudut pandang Dipha, seorang berandalan, pekerja serabutan, dan penjual bacang yang tinggal di sekitaran Asia Afrika dan Braga, Bandung. Di suatu hari saat sedang menjual bacang di puskesmas sekitar, Dipha bertemu dengan seorang gadis yang bernama Vinda. Saat itu Vinda sedang mencari kostan di Bandung dan Dipha diminta oleh temannya Tono untuk membantu Vinda menemukan kostan yang cocok. Kejadian itulah yang pertama kali membuat Dipha dan Vinda saling kenal dan dimana kisah romansa di Bandung ini dimulai.
Dipha maupun Vinda sama-sama punya masa lalu yang kelam dan trauma yang dalam dari apa yang mereka alami di kota asalnya. Mereka sama-sama punya alasan yang kuat mengapa mereka pindah (atau melarikan diri lebih tepatnya) ke Kota Bandung. Hingga akhirnya suatu hari mereka dipertemukan dan sama-sama berjuang untuk melawan kerasnya Kota Bandung.
Apa alasan mereka berdua pindah ke Bandung? Bagaimana nasib mereka di sana? Apakah akhir yang bahagia berpihak pada mereka?
Opiniku ππ»♀️
Novel bergenre romansa cukup asing bagiku, yang mana sebelumnya ku pikir novel ini 11/12 dengan novel “Sisi Tergelap Surga” namun berlatar tempat di Kota Bandung, tapi ternyata aku salah. Walaupun tetap mengangkat isu sosial kelas menengah bawah dari masyarakat sekitar Bandung, Namun novel ini lebih meng-highlight kisah romansa Dipha dan Vinda. Jujur saja, banyak sekali kisah Dipha dan Vinda yang kurang masuk di akal menurutku, dari mulai gegabahnya mereka dalam mengambil keputusan, hingga romansa yang terlalu dibuat-buat (meskipun aku tahu ini novel fiksi).
Hal ini juga disusul dengan aku yang terlebih dahulu membaca novel masterpiece “Sisi Tergelap Surga” karya lain Brian Khrisna yang membuat ekspektasiku sangat tinggi atas premis cerita dalam novel setelahnya yaitu “Bandung Menjelang Pagi”. Namun di samping itu, aku tetap menyukai cara penulisan ala Brian dan bagaimana ia menarasikan sebuah kejadian dengan sangat terperinci.
Rating dari Nora!
3.5/5 ⭐️
English Version | πΊπΈ
Fun Fact
Did you know that before becoming a writer, Brian Khrisna wanted to be a pilot? In an interview with Gramedia Pustaka Utama on his Reels Instagram post, Brian stated that he wanted to be a pilot but failed because he was afraid of heights.
Here Comes the Review!
Bandung Menjelang Pagi – Tells the story of a tragic romance set in the city of Bandung. The proverb said that “Bandung was created when God was smiling” and Bandung has always been known as a romantic city like Paris but it’s in Java. But unfortunately the two of them often forget, that in fact, the most typical souvenir from the city of Bandung is a broken heart.
The novel is written from the perspective of Dipha, a delinquent, odd-jobber, and bacang seller who lives around Asia Africa and Braga, Bandung. One day while selling bacang at a local health center, Dipha meets a girl named Vinda. At that time Vinda was looking for a boarding house in Bandung and Dipha was asked by his friend Tono to help Vinda find a suitable boarding house. That was the first time Dipha and Vinda got to know each other and where the romance in Bandung began.
Dipha and Vinda both have dark pasts and deep trauma from what they experienced in their hometowns. They both have strong reasons why they moved (or escaped to be more precise) to Bandung. Until finally one day they were brought together and both struggled to fight the harshness of Bandung.
What was the reason why they both moved to Bandung? What is their fate there? Is a happy ending in their favor?
Inside Nora’s Mindππ»♀️
The romance genre novel is quite unfamiliar to me, which I previously thought was very similar to the “Sisi Tergelap Surga” novel but set in the city of Bandung, but I was wrong. Although it still raises the social issues of the lower middle class of the people around Bandung, this novel more highlights the romance of Dipha and Vinda. Honestly, a lot of Dipha and Vinda's story didn't make sense to me, from their rashness in making decisions, to the romance that was too far-fetched (even though I know this is a fictional novel).
This was also followed by my first reading of another Brian Khrisna's masterpiece novel “Sisi Tergelap Surga” which made my expectations very high for the premise of the story in his follow-up novel “Bandung Menjelang Pagi.” But despite that, I still love Brian's style of writing and how he narrates a story situation in great detail.
A Star From Nora!
3.5/5 ⭐️
Comments
Post a Comment